Saturday, July 1, 2017

Tips Mendaki Ketika Hujan

Tips Mendaki Ketika Hujan

Mendaki merupakan hobi yang dewasa ini cenderung menjadi gaya hidup bukan hanya kalangan muda saja, namun telah merambah kepada semua usia.  Dari usia sekolah hingga lanjut usia pun tak jarang bisa kita temui di jalur pendakian. Bahkan ada yang membawa lengkap anggota keluarganya untuk berlibur dan berwisata di gunung.

Setiap pendaki yang baru memulai hobinya atau yang sudah lama menggeluti hobi ini akan selalu waspada dengan tingkah laku alam. Yak, alam adalah bagaikan sebuah rumah yang akan kita kunjungi selama berkegiatan mendaki. Dimana alam akan bisa seenaknya sendiri dalam menentukan situasi dan kondisi. Maka kita sebagai tamu hendaknya waspada dan mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi saat berkegiatan. Termasuk kemungkinan terjadinya hujan.

Jika di perkotaan dan dataran rendah kita akan sering menemui hujan cenderung hanya akan terjadi saat musim penghujan saja, maka di hutan pegunungan hal ini sedikit berbeda. Di hutan pegunungan walaupun sedang tidak musim penghujan bisa jadi kapan saja turun hujan. Terkadang saat cuaca cerah kemudian tiba kabut yang sedang tebal-tebalnya maka kemudian bisa jadi turun hujan. Apalagi saat musim penghujan, ada kemungkinan kita terus-terusan diguyur hujan selama di gunung. Sehingga dari karakter situasi alam seperti ini lah kita dituntut mempersiapkan diri untuk beradaptasi terhadap alam.

Kesulitan-kesulitan pastinya akan muncul seketika apabila kita mendaki dalam  kondisi turun hujan. Semisal tas ransel kita tidak anti air maka barang bawaan akan rentan jadi basah, pakaian yang kita kenakan pun ikut jadi basah juga, sampai medan yang akan semakin sulit untuk dilewati karena bechek, berlumpur, bahkan ada kemungkinan terciptanya kubangan air di tengah jalur. Maka kita sudah sepatutnya melaksanakan sikap "sedia payung sebelum hujan" sebaik mungkin. Lalu apa sajakah Tips Mendaki Ketika Hujan? Berikut ini adalah tips yang bermanfaat untuk menambah wawasan kita dalam beradaptasi terhadap cuaca hujan di medan pendakian. CEKIDOT.


1. Cari informasi mengenai cuaca di daerah lokasi pendakian

Mencari informasi mengenai musim hujan di daerah lokasi pendakian bisa kita dapatkan di mana saja. Berita televisi nasional biasanya menayangkan keadaan cuaca terkini tiap kota besar di Indonesia secara umum. Tidak hanya di televisi, di koran atau surat kabar biasanya juga  ada laporan cuaca pada hari itu juga secara lebih detil. Atau apabila kita menginginkan informasi cuaca yang lebih spesifik lagi (saking penasarannya) kita bisa ubek-ubek website BMKG di sini: http://www.bmkg.go.id/
BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) menyediakan bermacam-macam informasi yang lengkap mengenai peristiwa alam di hampir seluruh daerah di Indonesia. Tidak hanya informasi mengenai cuaca, informasi lain juga bisa kita dapatkan secara gratis. Iya GERATIS. (lah kenapa juga harus bayar) Informasi seperti aktivitas vulkanik, mengenai gempa bumi, mengenai tsunami, mengenai kabar mantan, dan lain-lain bisa kita dapatkan dengan menjelajahi website tersebut.


2. Sesuaikan jenis peralatan/perlengkapan pendakian dengan medan dan cuaca hujan

Peralatan pendakian yang sudah kita sediakan dapat kita bedakan menjadi dua kategori dilihat dari ketahanannya terhadap air. Kategori yang pertama adalah peralatan yang tahan air (water resistant) dan peralatan yang tidak tahan air (tidak water resistant) wkwk. Saran: sebiasa mungkin sebaiknya kita usahakan perbanyak perlengkapan pendakian dengan peralatan yang tahan air. Memang sih perlengkapan pendakian yang anti air akan lebih mahal dibanding dengan yang tidak tahan air. Tapi kita nanti pasti merasakan bahwa manfaatnya akan sebanding apabila dilihat dari segi kenyamanan, kemudahan pemakaian serta keawetannya. Misal, sepatu yang tahan air akan lebih nyaman, lebih mudah dipakai dan lebih awet walaupun kita pakai saat kondisi hujan atau kondisi basah. Begitu juga dengan perlengkapan yang lain seperti jaket, celana, jam tangan, dll.


3. Amankan peralatan dan bawaan yang tidak tahan air

Air hujan yang membasahi kita saat perjalanan bisa jadi juga nantinya membasahi barang bawaan kita walaupun sudah tersimpan aman dalam tas ransel yang water resistant. Tidak ada salahnya apabila kita memberikan pengamanan ganda pada barang bawaan walaupun tas ransel kita sudah mendukung fitur anti bochor-bochor. Cara yang paling umum digunakan para pendaki yaitu dengan menampung semua barang bawaan kita dalam ransel menggunakan trash bag.
Tujuannya tidak lain adalah untuk melapisi ransel kita agar benar-benar terlindung dari guyuran hujan, karena trash bag terbuat dari plastik lemas, sehingga dapat menjadi pelindung barang kita di dalam keril terhadap rembesan air hujan. Oiya, trash bagnya yang bersih ya, yang baru. Bukan yang bekas sampah. Iya kali pake yang bekas sampah, duh.
Cara penggunaannya adalah dengan membuka trash bag di dalam ransel, packing barang bawaan kita ke dalam trash bag tersebut lalu ikat rapat ujungnya. Cukup mudah bukan? Sedangkan barang-barang bawaan pada kompartemen lainnya bisa kita amankan dengan menggunakan kantong plastik (care-sack plastic). Translate: KRESEK PLASTIK.


4. Lengkapi obat-obatan sesuai penyakit yang sering muncul di musim hujan

Kita tidak bisa memastikan kondisi badan selalu prima selama melakukan kegiatan pendakian. Karena bisa jadi saat kita berangkat badan kita seger buger, tapi saat di perjalanan tiba-tiba perut mules (kebanyakan makan makanan gaib kayaknya: seperti mie setan, ceker setan, nasgor iblis, dll.) Bahkan tidak hanya masalah perut saja yang bisa terjadi. Karena mungkin sudah pasti badan sudah kelelahan, ditambah lagi turun hujan. Sehingga badan akan berada pada keadaan rentan terserang penyakit fisik dan penyakit kalbu. Obat-obatan bisa membantu kita menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Lalu kira-kira obat apa saja yang harus dilengkapi? Yang paling umum dibawa khalayak ramai saat mendaki adalah minyak kayu putih dan balsem. Terkadang ada juga pendaki membawa obat herbal pengusir masuk angin seperti Ant*angin, To*lak Angin, Li*bas Angin, dll. Ada juga beberapa jenis minuman hangat yang dapat menenangkan badan kita, seperti teh hangat, wedang jahe, dicampur madu bisa lebih nikmat. Tapi jangan sekali-kali  mencoba mencampur dengan kenangan masa lalu. Garing ah. Haha.



5. Selalu siapkan cadangan pakaian kering

Pada saat perjalanan dan kehujanan, walau saat itu juga kita sudah menggunakan mantel hujan pun terkadang masih saja pakaian kita terkena air hujan. Karena bagaimanapun juga, mantel hujan itu gak sempurna dan pasti punya kelemahan di beberapa bagiannya. Seperti hatiQu. Apalagi jika kita kelupaan tidak memakai mantel hujan karena tidak membawanya sehingga kita terpaksa berjalan sambil kehujanan. Otomatis pakaian yang kita gunakan jadi basyah dan akan sangat terasa tidak nyaman ketika kita istirahat di tenda nantinya. Pakaian kering cadangan ini akan jadi pahlawan kita saat badan sudah kedinginan terkena sapuan ombak badai hujan. Tidak hanya cadangan pakaian kering saja, namun kita juga harus membawa cadangan daleman, kaus kaki, kupluk, dll untuk digunakan saat istirahat di tenda. Saya menyebut barang-barang cadangan tersebut dengan istilah sleep equipment. Karena basah ataupun tidak, saya selalu usahakan memakai pakaian cadangan saat istirahat karena hal ini mungkin karena faktor kenyamanan pribadi saya saja sih. Boleh lah dicoba.


6. Bersiap-siap Menghadapi Kondisi Hipotermia

"Hipotermia? Bahasa Inggrisnya kuda nil?". ">>>Hippopotamus! Gilak!". Ehm gini, gini deh.. Tak jelasin. Ada cerita, suatu hari Agung Herkules yang punya badan kekar, fisik sehat, mental prima itu berencana mendaki gunung sendirian. Di tengah perjalanan situasi jadi berubah. Turunlah hujan dengan lebatnya. Lalu apa yang terjadi? Ternyata sekuat-kuatnya Agung Herkules, sepanjang jalan dia nya mendaki, dia merasa lelah sangat karena medan pendakian yang berat, kehujanan, kondisi badan otomatis drop, ditambah nyesek bertubi-tubi karena terus-terusan liat pendaki lain pacaran sambil gandengan tangan. Dan saat malem tiba, si Agung ujug-ujug terkena kondisi hipotermia atau kondisi di mana suhu tubuh menurun drastis karena adanya penyebab-penyebab tersebut. Acian. :'(
Hal ini bisa mengancam dan membahagiakan membahayakan siapa saja di atas gunung sana terlebih saat hujan. Walaupun ada mitos mengatakan: ketika hujan suhu di gunung akan terasa tidak terlalu dingin. Coba buktikan saja sendiri kebenarannya kawan dengan malam-malam ote-ote di pinggiran Ranu Kumbolo misalnya. Saya mah ogah. haha. Maluk. ^0^
Nah, maka dari itu tidak ada salahnya juga apabila kita mengantisipasi dan bersiap-siap menghadapi kondisi hipotermia yang dapat mengincar siapa saja tanpa terkecuali. Hal yang bisa kita lakukan adalah mempelajari gejala, ciri-ciri, dan penanganan penderita hipotermia agar kita tidak salah menanganinya. Bahkan ada kejadian seseorang menyangka orang hipotermia dikata kesurupan. Karena memang pada beberapa kasus, orang hipo akan meracau tidak karuan karena tingkat kesadarannya yang tidak terkontrol. Anti-si-sapi selanjutnya adalah dengan selalu membawa thermal blanket. Selimut aluminium foil ini dapat jadi solusi apabila kita kedinginan pake banget atau ada teman kita yang terindikasi hipotermia.


7. Kenali medan pendakian dengan baik

Cara mengenali medan pendakian adalah dengan cara bertanya kepada teman kita yan pernah mengunjungi lokasi pendakian yang akan kita tuju. Apakah jalur cenderung banyak tanjakannya, apakah jalur cenderung berlumpur saat hujan tiba, apakah ada indo*mar*et atau tidak, dll. Kita akan bisa mengantisipasi dengan cara menyesuaikan perlengkapan, perbekalan, itinerary, dan teknis perjalanan dan mental sebaik mungkin sebelum berangkat. Karena tanpa persiapan tersebut, saat hujan tiba, kita tidak tahu sedang berada di posisi yang jauh atau sudah dekat dengan tujuan maka kita bisa panique. Namun apabila sudah dipersiapkan semua sebelumnya, walau turun hujan kita akan tenang, karena dalam planning awal sudah disiapkan tidak hanya satu rencana, pasti ada rencana B, rencana C, dan rencana yang lain apabila kondisi tidak memungkinkan sebagai penyesuaian diri terhadap alam.


8. Kuasai diri sendiri, jangan egois

Saat fisik kita lelah, kemudian turun hujan maka emosi kita bisa jadi tidak teratur dan cenderung tidak tenang. Sesungguhnya apabila semua sudah terencana sebaik mungkin, seharusnya kita tetap melanjutkan perjalanan seperti biasa saat cuaca sedang baik. Egois bisa muncul akibat kita tidak bisa menyesuaikan diri terhadap alam dan terhadap teman seperjalanan kita. Misal dalam perjalanan kelompok, tiba-tiba hujan turun lebat sekali, mentang-mentang kondisi badan kita yang paling fit kita memaksakan diri atau memaksakan teman-teman satu tim kita untuk terus melanjutkan perjalanan. Hal ini sangat beresiko. Terlebih jika ada teman kita yang sedang dalam keadaan fisik yang drop. Solusinya adalah kuasai diri, rencanakan kembali teknis perjalanan bersama kelompok, atau bisa menunggu hujan reda dengan mencari tempat istirahat ter-aman yang bisa dijangkau. Kemudian lanjutkan perjalanan apabila kondisi sudah memungkinkan.


9. Tanya kondisi medan/jalur dan cuaca pada pendaki yang baru saja turun gunung

Hal ini sering saya lakukan saat berada di pos perijinan pendakian. Karena menurut saya informasi dari pendaki yang baru saja turun adalah informasi yang paling akurat. Suatu saat bisa saja terjadi ketika berada di bawah, cuacanya cerah, namun saat di perjalanan tiba-tiba saja turun hujan. Maka hal ini bisa diantisipasi dengan bertanya pada pendaki yang baru saja turun. Selain cuaca, kita juga bisa bertanya mengenai medan dan bahaya apa saja yang bisa jadi muncul selama perjalanan. Saya menyarankan untuk bertanya pada pendaki yang berpenampilan menarik dan yang bisa diminta kontaknya ya!. Haha. Karena menurut saya, prinsip "sambil menyelam minum es cendol" harus selalu kita terapkan di kehidupan ini!


10. Selalu bawa mantel hujan saat mendaki

Yang terakhir dan sudah jadi salah satu syarat wajib bagi saya ketika mendaki adalah jangan sampai lupa untuk selalu membawa mantel hujan saat mendaki. Usahakan juga jangan melihat bahwa hanya karena waktu pendakian kita adalah saat musim kemarau maka kita berpikiran hujan tidak akan turun. Belum dapat dipastikan juga. Maka menurut saya mantel adalah salah satu syarat wajib saya ketika akan mendaki gunung. Memang mantel hujan tersebut akan menambah beban bawaan kita apalagi bagi pendaki penyuka prinsip Ultra Light, tapi mantel hujan terkadang bisa dialihfungsikan saat keadaan tertentu. Misal ketika memasang tenda, tiba-tiba flysheet kita kecantol cewek ranting pohon sehingga sobek deh. Maka mantel hujan bisa digunakan untuk menutupi bagian yang bocor tadi lalu diamankan dengan mengikat setiap ujungnya berjaga agar tidak tertiup angin. Mantel hujan bisa juga dijadikan alas duduk darurat ketika matras kita sudah berada didalam ransel atau sudah terpasang manis di dalam tenda. Tapi menggunakannya juga harus hati-hati agar mantel tidak rusak atau terlalu kotor. Sehingga pesan saya jangan lupa selalu bawa mantel hujan saat mendaki dengan tanpa melihat saat pendakian kita itu sedang musim kemarau atau musim penghujan.

Yak itulah sekiranya beberapa Tips Mendaki Ketika Hujan dari blog seberanda. Semoga kita selalu dapat disiplin saat menyesuaikan diri dengan alam. Ingat ya, alam itu bukan kayak cowok yang selalu bisa kamu permainin perasaannya. Hadeuh. Alam itu tidak akan memberi kasihan kepada kita apabila kita nya tidak bisa menyesuaikan diri. Maka selalu lah waspada dan mawas diri. Dan selanjutnya selamat mendaki dengan rendah hati. Semangaat. \(^_^)/
Advertisement
Disqus Comments