Tuesday, December 27, 2016

Pendakian Gunung Buthak via Panderman - PART 2



Artikel ini adalah Part 2 dari Pendakian Gunung Buthak via Panderman. Bagi kalian yang belum baca Part 1 nya, bisa dibaca di sini: Pendakian Gunung Buthak via Panderman - PART 1

Sekarang mari kita lanjutkan perjalanan kami menuju lokasi berikutnya di Part ke 2.

Sore itu kami mempersiapkan tenda sambil dibumbui kepanikan karena hari sudah mulai gelap. Saya sebentar-sebentar mengecek arah jalur masuk ke savana ketika ada cahaya-cahaya senter yang mulai berdatangan. Saya awasi sambil sebentar-sebentar saya teriaki “Ekii!, Doyokk!”. Tapi belum ada balasan. Hingga beberapa kali rombongan lainnya berdatangan masih belum juga ada tanda-tanda dari teman-teman kami.

Tenda sudah berdiri berarti kami harus mempersiapkan perlengkapan memasak hidangan makan malam dan memasak air untuk minuman hangat. Tiba-tiba dari kejauhan kami mendengar suara yang sepertinya saya kenal memanggil-manggil: “Nonaaa, eh, Novaaa.. (hehe)”. Seketika balas teriakan itu “Doyok, Eki!!”. Syukurlah tim 2 tiba di savana dengan selamat walau harus menjalani perjalanan yang berbeda dari kesepakatan sebelumnya. Tapi tidak apa-apa, yang penting kami semua selamat tanpa kurang satu apapun.

Selanjutnya saya pun segera menghampiri agar mereka tidak kesusahan menjangkau kami. Saya lega ternyata teman-teman bisa datang sampai savana sebelum terlalu malam. Kami membantu teman-teman dari tim 2 ini mendirikan tenda, setelah itu mereka istirahat sedangkan saya dan Agis mempersiapkan makan malam. Sambil menunggu masakan disiapkan kami mengobrol di tenda tim 1, bang Doyok menceritakan kronologis perjalanan mereka.


Perjalanan yang Melelahkan, Saatnya Makan Malam

Semua hidangan telah siap. Menu malam itu sedikit spesial karena badan sudah kelelahan setelah melakukan Pendakian Gunung Buthak dengan medan panjangnya. Kaki dan punggung sudah ingin lepas saja dari tempatnya, maka perutlah yang harus dimanjakan. Di dalam tenda sudah kami siapkan nasi putih, telur ceplok, ayam ungkep, dan minuman hangat. Kami kemudian makan bersama dengan nikmat. Namun Eki tidak mau makan seperti biasa. Tidak apa-apa mungkin dia sedang diet. (set dah!)

Perut sudah terisi dan sudah tidak meronta lagi, ngobrol juga sudah capek, gantian mata yang mengajak untuk istirahat. Kami menyiapkan perlengkapan tidur kami seperti baju hangat, kaos tangan, kaos kaki, kaos muka (masker), kupluk, sleeping bag, dan hoaammmhhh.. Saya mengantuk. Tapi sepertinya teman-teman yang lain masih asyik ngobrol di depan api unggun dengan tetangga-tetangga tenda. Tidak apa lah saya zzzz.zz.z.z.. dulu.


Dingin sungguh Merasuk sampai ke Tulang, namun Puncak Buthak Menanti

Pagi tiba, seingat saya pukul 4 kami mempersiapkan diri untuk summit attack. Begitu dinginnya udara pagi itu hingga saya kesulitan membangunkan teman-teman yang lain. Mereka kedinginan, dan kelelahan. Tapi saya terus berusaha hingga mereka mau bangun dan bersiap menuju puncak. Dengan berbagai macam usaha akhirnya teman-teman bersedia untuk ke puncak bersama-sama.

Jalur menuju Puncak. Gunung Semeru mengintip di ujung cakrawala.
Perjalanan ke puncak Gunung Buthak dari savana tidak terlalu jauh. Jika cepat kita hanya membutuhkan waktu 30 menit saja. Namun pagi itu kami ingin santai saja karena medan yang kami hadapi begitu menantang dan suka ngajak berantem saking nanjaknya. Kami teringat summit Gunung Penanggungan. Medannya mirip, terjal berbatu namun jaraknya tidak jauh dan ditambah dengan kemiringan yang sungguh tak punya toleransi (hehe).

Tak lama sekitar 45 menit kami tiba di tanah lapang dan sudah tidak ada tanjakan lagi. Di sini kami berfoto-foto agak lama. Matahari pagi itu tidak juga muncul walau kami sudah beberapa menit berada di sana. Dari arah timur awan tebal begitu mendominasi horison. Sedang tepat di atas kami juga terdapat sedikit awan tipis yang menghalangi sinar matahari. Namun di arah selatan - barat kami diberi hidangan lautan awan yang hampir sempurna. Kurang sempurna tapi sudah cukup membuat saya puas.

Kami bingung di lokasi ini karena hanya ada beberapa orang saja. Kemudian kami mencari tahu dengan berjalan kesana-kemari akhirnya kami baru sadar ternyata lokasi puncak bukan di sini. Kita harus terus jalan kearah timur - selatan dari kedudukan kami waktu itu. Akhirnya baru terlihat bahwa puncak Buthak ya memang tanah lapang memanjang ini, namun penanda lokasi tertingginya adalah gundukan tanah setinggi kurang lebih 2.5m yang diatasnya terdapat beberapa pohon kecil dan semak-semak, serta ada juga plang bertuliskan Puncak Mt. Buthak 2868mdpl. Di sini lah biasanya spot yang digunakan pendaki-pendaki untuk mengabadikan momennya dengan berfoto.

Ternyata kita harus mengantri ke atas gundukan tanah tersebut untuk gantian berfoto. Setelah hampir 15 menit menunggu beberapa pendaki lain yang berswafoto, akhirnya gantian kami yang ke atas. Tidak lama kami berfoto kemudian kami langsung turun. “Kasihan yang lain, keburu kesiangan turunnya nanti” Kata teman-teman waktu itu.

Salah Alamat. Yang tadinya dikira puncak padahal bukan >_<
Ini baru yang namanya puncak ^_^
Kami lanjut berfoto bersama-sama di sekitar lokasi puncak, mengabadikan momen yang langka ini. Setelah sekian lama, saya mencari-cari Eki entah di mana gerangan. Saya juga menanyakan ke orang-orang yang baru datang di puncak katanya ada orang dengan ciri-ciri yang sama dengan Eki turun dari puncak. Yah mungkin Eki terburu-buru turun karena dia sepertinya mengantuk. Kemudian kami juga langsung turun ke lokasi camp, teringat bahwa kami harus memasak sarapan dan juga harus membongkar tenda lalu packing barang-barang bawaan kami sebelum pulang nantinya.


Turun dari Puncak, Perut Mulai Lapaar

Kami menuruni punggungan puncak dengan jalur yang berbeda. Sekedar informasi untuk anda, jalur ke puncak Gunung Buthak ada beberapa pilihan, jadi telitilah agar anda tidak tersesat. lebih baik berangkat agak pagi agar kita bisa mengikuti rombongan lain. Tapi kalau sudah hapal ya tinggal pilih mau lewat mana.

Setibanya di tenda kami langsung bersiap melayani perut yang mulai meronta-ronta lagi. Pagi ini kami menyiapkan masakan yang spesial karena logistik masih banyak dan perjalanan yang akan lalui juga masih jauh, jadi kami manjakan saja perut ini. Menunya antara lain ada nasi putih, telur dadar, ayam goreng, sosis goreng, tumis ayam cincang dengan sosis dan telur orak-arik super pedass, serta ditambah dengan ‘kerupuk goreng ndadak’. Ngomong-ngomong asyik juga goreng krupuk ketika camping seperti ini. Belum pernah sebelumnya kami coba. Terima kasih Bang Doyok sudah dibawakan kerupuknya. Hehe.

Kebahagiaan yang hakiki. Memasak bersama-sama menambah semangat kebersamaan.


Hari Mulai Siang, Saatnya Berpamitan

Perut sudah kenyang, peralatan masak sudah dicuci bersih di bawah sumber air (ingat jangan ngasal nyuci peralatan masak di gunung! ada caranya loh ya. Harus ramah lingkungan, dan jangan buang limbah sembarangan).

Kami bablas packing tenda dan packing kerir. Saat semua sudah siap, kami selanjutnya berpamitan dengan tenda sebelah yaitu rombongan mbak mas pendaki dari Surabaya yang kemarin berjalan bersama kami. Mereka belum bersiap, dan sedang memasak. Lalu kami lanjut jalan pulang. Di pertengahan savana kami sampai di tenda teman kenalan seperjalanan kami juga yaitu mas-mas dari gresik. Kami sempat berfoto-foto untuk kenang-kenangan sehingga bisa jadi cerita anak cucu kami kelak.

Setelah berpamitan, kami melihat jam menunjukkan pukul 11.15. Perkiraan kami akan sampai di pos perijinan kira-kira pukul 17.00 paling lama. Menghindari kemalaman, kami berjalan agak cepat. Sesekali kami berlari-lari kecil saat ada jalan landai atau sedikit menurun. Di beberapa pos kami juga tidak istirahat lama karena medan pulang stabil menurun sehingga tidak se-sengsara saat perjalanan berangkat. Tapi kami tetap berhati-hati karena tanahnya saat itu agak licin bekas kabut yang mengembun di tanah.

Istirahat di tengah jalur. Perjalanan masih jauuh.
Tak terasa (padahal kerasa banget) kami tiba di pos perijinan Gunung Panderman - Gunung Buthak. Kami melihat jam saat itu pukul 16.30. Jadi total perjalanan pulang kira-kira selama 4 jam lebih beberapa menit. Ternyata perjalanan pulang lebih cepat dibanding dengan waktu berangkat. Syukurlah kami tidak kemalaman. Sepanjang perjalanan juga tidak hujan. Turun hujanpun ya seketika saat kami tiba di pos perijinan tersebut.

Untuk berteduh kami mampir ke warung di samping pos perijinan kemudian membeli cokelat hangat choccola*tos. Nikmat sekali rasanya. Penjualnya juga ramah, kami diberi biskuit buatan sendiri sepertinya. Di warung kami saling mengirim foto selama perjalanan, mengobrol kesana-kemari membicarakan apa saja yang bisa mengusir lelah kami. Sekalian lah di warung kami menikmati suasana yang syahdu ini sambil menunggu hujan reda. Setelah reda kami pun bersiap pulang ke kota masing-masing dengan hati yang riang gembira.

Terima kasih untuk bapak tukang parkir pos perijinan yang tanpa lelah sudah menjaga motor kami, terima kasih untuk teman-teman seperjalanan: Agis, Eki, Doyok, Fiftian. Terima kasih juga buat ibu penjual gorengan desa Pesanggrahan Batu. Gorengannya enak banget. Dan terima kasih juga buat teman-teman yang sudah baca catatan perjalanan kami Pendakian Gunung Buthak via Panderman.

Bonus dokumentasi:

Hai, ini bukan puncak.
Pemandangan dari puncak. Gunung Panderman, Gunung Arjuno dan Welirang serta gugusan Gunung Anjasmoro.
Kaki yang lemas
Lokasi camp kami di Savana Sendang
Teman-teman seperjalanan dari Gresik
Advertisement
Disqus Comments